KUDUS — Edukasi pencegahan stunting melalui olahan daun kelor menjadi salah satu program mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) di Desa Cendono, Kecamatatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Koordinator kegiatan, Pramudya Novita Sari menuturkan, dampak stunting tidak hanya terlihat pada aspek fisik, tetapi juga berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, daya belajar, serta kualitas hidup anak di masa mendatang.
Untuk itu, pada Senin, 22 Desember 2025 lalu dilakukan penguatan edukasi gizi keluarga dengan menekankan stunting sebagai kondisi terhambatnya pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang.
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa UMKU menggandeng Ns. Sri Karyati, M.Kep., Sp. Kep. Mat. Pihaknya mengungkapkan bahwa pencegahan stunting harus dimulai dari pemenuhan gizi yang berkesinambungan di lingkungan keluarga.
Pramudya mengatakan, Ns. Sri Karyati menyampaikan materi dengan komunikatif dan aplikatif. Tujuannya agar mudah dipahami oleh semua peserta, baik itu tentang penyebab, tanda-tanda, hingga langkah pencegahan stunting sejak dini.
“Kami ingin materi yang disampaikan tidak berhenti pada teori. Edukasi ini diharapkan mampu mendorong keluarga untuk melakukan pencegahan stunting melalui langkah-langkah sederhana yang bisa diterapkan sehari-hari,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa KKN UMKU juga membagikan brosur tentang daun kelor sebagai superfood. Sebab daun kelor memiliki kandungan protein, kalsium, zat besi, serta vitamin A, C, dan E yang bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan anak dan mencegah anemia.
Sebagai tindak lanjut dari edukasi tersebut, mahasiswa KKN UMKU juga menggelar demonstrasi pembuatan puding daun kelor.
Olahan ini dipilih karena proses pembuatannya sederhana, bahan yang digunakan mudah diperoleh, serta memiliki rasa yang relatif disukai anak-anak.
Resep dan komposisi puding kelor juga dicantumkan dalam leaflet agar dapat dipraktikkan secara mandiri oleh keluarga di rumah.
Ketua Kelompok 10 KKN UMKU, Yazid, menegaskan bahwa pengenalan puding daun kelor merupakan bagian integral dari strategi edukasi yang diusung.
“Edukasi stunting menjadi fokus utama program kami. Puding daun kelor kami hadirkan sebagai sarana agar pesan gizi tidak hanya berhenti di ruang sosialisasi, tetapi benar-benar diterapkan di dapur keluarga,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa partisipasi aktif dan antusiasme masyarakat menjadi indikator keberhasilan pendekatan tersebut.
“Respons positif dari para ibu dan anak-anak menunjukkan bahwa edukasi yang disertai praktik langsung lebih mudah diterima. Harapannya, kebiasaan baik ini dapat terus berlanjut setelah kegiatan KKN selesai,” imbuhnya.
Selama kegiatan berlangsung, peserta mengikuti rangkaian acara dengan antusias. Sejumlah ibu bahkan menyatakan ketertarikannya untuk mencoba kembali pembuatan puding daun kelor sebagai menu pendamping pemenuhan gizi keluarga. (NR)







