KUDUS — Tanaman khas Kabupaten Kudus yang tumbuh subur di Lereng Gunung Muria, yakni buah Parijoto, berhasil diolah dosen Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), Yayuk Mundriyastutik, S.T, M.T. menjadi produk olahan bernilai ekonomi. Produk olahan tersebut diberi nama Parselai, akronim dari Selai Parijoto.

Yayuk menjelaskan, buah Parijoto yang memiliki nama ilmiah Medinilla speciosa blume ini mengandung flavonoid (3,61-3,71 % b/b) dan antosianin (0,43 ppm) yang bermanfaat sebagai antioksidan dan antikanker.

“Buah Parijoto memiliki rasa masam, sepet, dan cepat busuk, sehingga perlu inovasi pengolahan, salah satunya dengan dibuat menjadi selai,” ungkapnya.

Produk olahan tersebut pun mulai dikenalkan Yayuk melalui pemberdayaan ekonomi kreatif, menggandeng Kelompok Aisyiyah Bakalankrapyak Kudus.

Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan keterampilan mitra dalam membuat Selai Parijoto (Parselai) dan memasarkannya sebagai olahan makanan khas Kudus untuk pemberdayaan ekonomi kreatif.

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dalam dua hari. Hari pertama diisi dengan sosialisasi tentang manfaat dan kandungan buah Parijoto dan demonstrasi serta praktik pembuatan Parselai.

“Untuk hari kedua, kita lakukan pelatihan desain produk dan pengemasan, lalu cara pemasaran online lewat media sosial maupun marketplace, serta pengajuan izin produksi dan sertifikat halal,” ungkap Yayuk.

Sebanyak 30 orang ibu-ibu Aisyiyah yang mengikuti kegiatan, sangat antusias terhadap inovasi produk Parselai. Setiap tahapan dalam membuat Parselai, diikuti dengan seksama.

Dalam membuat Parselai, menurut Yayuk, ada 5 tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama, memilih buah Parijoto yang segar dan memisahkan buah dari tangkai.

Tahap kedua, menghaluskan 350 gram buah ditambah air dan perasan lemon secukupnya menggunakan blender. Tahap ketiga, memasak dengan 200 gram gula pasir selama 30 menit dengan suhu 80°C.

Tahap keempat, menambahkan satu sendok teh pektin untuk tekstur kental, dan tahap terakhir mengamas dalam wadah kaca khusus bertutup metalik.

Yayuk menjelaskan, ketika Parselai sudah jadi, produk olahan buah khas Kabupaten Kudus itu memiliki karakteristik rasa manis, asam, dan sepet. Tekturnya kental sesuai standar selai dengan warna merah muda.

“Untuk penyimpanannya, jauhkan dari sinar matahari dan lebih baik dikemas menggunakan wadah kaca,” terangnya.

Melalui program pelatihan membuat Parselai ini, dosen UMKU mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam pengolahan pangan lokal.

Manfaat lainnya, mampu membuka peluang usaha ekonomi kreatif berbasis tanaman lokal Kudus. Meningkatkan nilai jual buah Parijoto yang selama ini kurang dimanfaatkan.

Termasuk mendukung green economy melalui pengolahan hasil pertanian yang berkelanjutan, serta memberdayakan ibu rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Rektor UMKU, Dr. Edy Soesanto, S.Kp., M.Kes mengapresiasi hasil olahan buah Parijoto oleh dosen UMKU tersebut. Pihaknya berharap, produk Parselai bisa dibuat ulang oleh para peserta dan bisa menjadi salah satu sumber penghasilan tambahan. (NR)